Yang lahir di kota wisata pasti setuju dengan pendapat saya :
"Kota-mu akan terasa spesial dan terlihat indah setelah engkau merantau".
Dari kecil hingga SMA, saya melihat kota Bukittinggi biasa aja. Setiap kali ke pusat kota untuk berbelanja, saya melewati Jam Gadang dengan perasaan lempeng. Malah heran kenapa setiap akhir pekan atau tanggal merah sering ada wisatawan dari Riau, Medan dan bahkan Malaysia. Dan bingung kenapa orang-orang suka berfoto dengan latar belakang Jam Gadang. Why? Jam Gadang doank gitu loh... (maaf songong).
Setelah lulus SMA dan merantau untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia Depok, sayapun baru menyadari. Bukittinggi memang seindah itu. Udaranya sejuk dan masih bersih, langitnya biru cerah dan dipenuhi pepohonan hijau. Wisata alam, wisata sejarah dan wisata kuliner, semuanya ada di kota kecil ini.
Salah satu tempat wisata yang dulu pernah saya "remeh"kan adalah Taman Panorama. Gimana enggak, saat bersekolah di MTsN 1 Bukittinggi, Taman Panorama adalah pemandangan yang selalu saya lihat saat pulang sekolah. (Memanggil siswa/siswi MTsN/MAN 1 yang suka naik angkot IKABE 06).Apalagi Taman Panorama ini benar-benar berada di tepi jalan dan pagarnya terbilang rendah/kecil. Sehingga dari dalam angkot atau mobil yang berjalan bisa melihat langsung ke dalam Taman Panorama. Makanya hingga SMA, saya tak pernah tertarik untuk mengunjungi Taman Panorama karena sudah biasa melihatnya.
Namun setelah menjadi perantau, Taman Panorama terlihat sangat indah. Saya amat merekomendasikan wisata alam ini jika kamu liburan ke Bukittinggi. Walaupun area taman itu sendiri tidak begitu luas, tapi pemandangan Ngarai Sianok yang terbentang sangat luas sehingga membuat mata tidak berhenti memandang.
Pada mudik kali ini, mengunjungi Taman Panorama menjadi salah satu agenda penting saya. Dan ini merupakan kunjungan ketiga setelah menjadi perantau. Saya memilih datang pada weekday yaitu pada hari senin jam 10.30 pagi karena ingin menghindari keramaian. Dan betul sekali, saat saya datang, parkiran masih sepi sehingga masih bisa memarkirkan mobil di dekat pintu masuk.
Ada dua pintu di Taman Panorama, pintu masuk berada di seberang museum perjuangan Tri Darya Eka Dharma dan yang satunya lagi adalah pintu keluar. Saat akan masuk, petugas di sebelah loket tiket akan menyuruh pengunjung untuk mencuci tangan terlebih dahulu dan melakukan pengecekkan suhu sesuai protokol selama covid-19. Jika temperatur normal, barulah pengunjung bisa membeli tiket.
Sistem pembelian tiket di sini menggunakan kartu BRIZZI. Sebaiknya kamu membeli kartu keluaran bank BRI ini karena semua tempat wisata di Bukittinggi termasuk tempat parkir resmi menggunakan kartu BRIZZI sebagai alat pembayaran. Tidak harus semua pengunjung mempunyai kartu, jika datang berdua ataupun rombongan, cukup memperlihatkan satu kartu saja.
Kartu BRIZZI bisa dibeli dan diisi saldonya di loket tiket. Harga kartu saja tanpa saldo adalah Rp 25,000 sementara harga tiket masuk pengunjung dewasa Rp 15,000 , anak-anak hingga 12 tahun Rp 10,000 dan mancanegara Rp 20,000.
Selamat datang di Taman Panorama~
- Menikmati pemandangan Ngarai Sianok
Begitu masuk ke area wisata Taman Panorama silakan langsung ke bagian kanan. Di sana akan terlihat jelas pemandangan Ngarai Sianok yang sangat indah~. Mungkin banyak yang masih belum familiar dengan istilah "Ngarai". Ngarai itu bahasa kerennya adalah canyon, berdasarkan KBBI pengertian ngarai adalah lembah (jurang) yang dalam dan luas di antara dua tebing yang curam.
Di dalam Ngarai Sianok juga terdapat sawah, sungai, pohon serta pemukiman warga. Pokoknya sangat indah kalau dilihat dari Taman Panorama. Dulu semua dinding ngarai berwarna hijau karena ditumbuhi pohon/tanaman. Namun setelah terjadi gempa beberapa kali, dinding ngarai menjadi longsor sehingga terlihat ada yang berwarna cokelat atau terlihat langsung dinding yang berupa tanah.
Berikut beberapa spot terbaik menurut saya jika ingin berfoto dengan latar belakang Ngarai Sianok. Ngomong-ngomong saat saya kesana, langitnya agak mendung sehingga pemandangan gunung Singgalang yang ada di belakang kurang terlihat.
- Menjelajahi Lobang Jepang
Salah satu bangunan sejarah yang terkenal di Bukittinggi adalah Lobang/Lubang Jepang. Dikutip dari wikipedia, "Lobang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan. Sebelumnya, Lobang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata". Dari Lobang Jepang bisa tembus ke beberapa tempat yang jaraknya cukup jauh, salah satunya adalah ke bagian bawah Ngarai Sianok.
Posisi Lobang Jepang di Taman Panorama adalah sebelah kanan setelah pintu masuk dan sedikit turun ke bawah. Sebenarnya sejak di pintu masuk, sudah ada beberapa orang yang menawarkan diri untuk menjadi tour guide ke Lobang Jepang. Waktu kesana mereka menawarkan uang jasa sebesar Rp 50,000. Tapi saya tidak berani masuk ke dalam karena takut. Bayangkan saja terowongan panjang yang sudah bertahun-tahun, pasti gelap dan menyeramkan.
Sebaiknya gunakan jasa tour guide saat masuk ke dalam. Karena mereka sudah terbiasa masuk kedalam terowongan yang sangat panjang tersebut. Jangan sok-sok berani, takutnya nanti tersesat dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Saya yang sedang menunggu untuk bisa berfoto di depan Lobang Jepang |
Denah Lobang Jepang |
- Melihat kumpulan monyet.
Saya senang sekali karena hingga tahun 2021 ini masih banyak monyet yang berkeliaran di dekat Taman Panorama. Ini berarti ekosistem mereka masih bagus walaupun Taman Panorama sering melakukan peremajaan atau perbaikan. Sebaiknya cukup pandangi monyet dari jauh, jangan lempar barang apapun dan jangan kasih makanan sembarangan. Intinya jangan ganggu mereka. Monyet ini tidak hanya berada di pohon-pohon namun kalau tempat sedang sepi, mereka tidak ragu-ragu masuk ke dalam kawasan Taman Panorama.
Sepertinya monyet di Taman Panorama lebih sehat dan bahagia dibandingkan yang ada di kebun binatang Kinantan yang ada di pusat kota Bukittinggi. Ini tentu karena mereka bisa hidup bebas di alam Ngarai Sianok.
***
Secara garis besar ada tiga hal yang bisa dilakukan di Taman Panorama seperti yang saya jelaskan di atas. Selanjutnya mari kita lihat apa saja fasilitas lain di dalamnya.
Terdapat area yang bernama "Medan Nan Bapaneh" yaitu balai atau tempat bersidang pemimpin adat jaman dahulu di alam terbuka. Ibaratnya ruang meeting tapi di alam terbuka. Di jaman sekarang khususnya di dalam area Taman Panorama, tentu tidak benar-benar digunakan. Fungsinya sebagai peninggalan budaya sehingga bisa menambah wawasan anak-anak jaman sekarang. "Medan Nan Bapaneh" ini bisa dijadikan spot foto. Kamu bisa berfoto di dekat tulisan, di tempat duduk dan yang paling bagus adalah di kiri pojok panggung karena di belakangnya adalah pemandangan Ngarai Sianok.
Spot foto paling bagus yaitu di bagian kiri Medan Nan Bapaneh |
Masih di sekitar tempat makan, kamu juga bisa menemukan deretan toko oleh-oleh. Barang yang dijual di toko oleh-oleh mulai dari gantungan kunci, baju, sendal, mukena dan jilbab (karena mukena dan jilbab Bukittinggi cukup khas dan terkenal) hingga lukisan. Sebagai masyarakat setempat, oleh-oleh yang menarik perhatian saya adalah lukisan. Karena lukisannya unik yaitu dilukis di atas kain beludru hitam. Gambar yang dilukis biasanya bangunan khas Bukittinggi seperti jam Gadang, Rumah Gadang serta pemandangan alam. Ukurannya beragam dan saya pernah membeli lukisan ukuran kecil. Harganya murah tapi hasilnya tidak murahan. Sangat cocok untuk dijadikan oleh-oleh ataupun koleksi pribadi.
Lukisan ukuran kecil yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh |
Jika menelusuri toko oleh-oleh, bagian pojok terdapat menara yang bisa dinaiki. Dari situ, mungkin kamu akan puas melihat pemandangan Ngarai Sianok. Saya belum pernah coba naik ke atas menara karena biasanya ada banyak monyet di sekitar menara.
Keluarga yang membawa anak kecil jangan khawatir karena di area ini juga terdapat area bermain anak. Posisinya di sebelah kiri kalau dari pintu masuk. Walaupun sederhana, namun lumayan untuk mengalihkan mood anak yang bosenan. Selain itu di sini terdapat fasilitas mushalla dan toilet. Juga terdapat mesin ATM BNI satu-satunya yaitu di dekat pintu keluar, in case dompet kamu sedang kosong dan butuh uang tunai.
Demikian review singkat saya tentang Taman Panorama Bukittinggi. Semoga suatu saat kamu bisa mampir ke sini yah.
***
Taman Panorama Bukittinggi
Alamat : Jl. Panorama, Kayu Kubu, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat
Jam Operasional : 6 AM - 6 PM
Tiket Masuk : Dewasa Rp 15,000 , Anak-anak hingga 12 thn Rp 10,000 dan Mancanegara Rp 20,000.
Note : Perhatian bagi yang membawa mobil pribadi, parkiran Taman Panorama ini sangat kecil yaitu hanya di sepanjang pintu masuk dan pintu keluar yang mana persis di tepi jalan. Jadi, kalau ingin kebagian tempat parkir, datanglah lebih pagi dan hindari weekend atau tanggal merah. Biaya parkir Rp. 10,000 dan flat. Petugas parkir akan meminta uang parkir di awal tapi tidak ada kertas parkir. Jadi saya tidak menjamin uang parkir selalu sama, tau aja lah tabiat tukang parkir.
Lokasi : Bukittinggi, Sumatera Barat
Tanggal : 31 Mei 2021
Kamera : Fujifilm XT20
xoxo
dila
keren banget ya mbak buat refresh pikiran dan menambah wawasan
BalasHapusiya,, wisata alam sekaligus wisata sejarah.
HapusMakasih yah udah mampir... ^^
Hallo Mbak Dila!
BalasHapussekarang giliran saya yang silaturahmi nih.
Artikel mbak menarik sekali tentang wisata lokal yang ada disekitar kita. Saya kebetulan lulusan Pariwisata dan bener banget yang mbak bilang di awal, kadang kita gak sadar bahwa wisata lokal dekat tempat tinggal kita juga punya sejuta pesona.
Menlihat foto-foto Taman Panorama yang mbak posting mengingatkan saya sama Ramang-Ramangnya Makassar, bukit kars yang indah di pandang.
Saya pernah ke Sumatera, namun belum pernah nih kesini.
Kalau ada rejeki di lain waktu, saya pasti akan mampir.
Hai Ayu, makasih udah mampir.
HapusWow, kamu lulusan Pariwisata? keren. Bali pasti senang melihat ada anak mudanya yang akan mengembangkan pariwisata Bali, hehe
Saya juga sempat kepikiran, kenapa dulu enggak ambil jurusan pariwisata aja, biar bisa berkontribusi untuk kota sendiri.
Saya baru pertama kali dengar Ramang-Ramang, tadi coba googling, emang lumayan mirip. Kalau turun ke bawah ngarai Sianok, pemandangannya emang mirip Ramang-Ramang.
Semoga bisa ke sini yah, klo sempat ke sini jangan lupa bikin artikelnya di blog.
Wow... Pemandangan yang luar biasa banget, pasti disana adem banget ya kak? Kalau kesana auto lupa bayar utang xixixi...
BalasHapusYa mas, adem banget di sini. Yaaaa, bisa banget tuk refreshing dan lupain utang sejenak. wkwk
HapusSemoga suatu hari nanti bisa ke Bukit tinggiii, pemandangannya indah bangeet, asyik buat ngadem
BalasHapusYa,,, semoga bisa ke Bukittinggi yah..hehe
HapusPemandangannya bagus banget ya, mbak. Hijau-hijau sejauh mata memandang. Cocok buat refreshing.
BalasHapusKalau oleh-oleh aku penasaran sama mukena dan jilbab yang katanya khas Bukittinggi itu. Bedanya dengan mukena biasanya apa ya?
Yup betul banget, mukena di sini dihias dengan bordiran dan sulaman yang khas sehingga jadi berbeda, Harganya juga bisa ratusan hingga jutaan. Saya pribadi juga baru tau kalau mukena yang saya lihat di kaki lima di pasar Bukittinggi harganya bisa ratusan ribu.
HapusSaya pernah punya teman orang Medan yang kuliahnya di Padang. Dia kalau bercerita tentang Bukittinggi sungguh sangat berapi-api sekali. Apalagi tentang jam gadang dan kelok berapanya gitu.
BalasHapusTapi emang dia nggak pernah cerita tentang Taman Panorama sih. Atau pernah tapi aku lupa. Ntahlah.
Hahaha, saya udah kebayang gimana temen kamu cerita.
HapusKelok 9 mungkin yah, itu sebenarnya akses sumatera barat menuju riau. Emang terkenal bagus, kayak circuit balapan.
Taman Panoram mungkin enggak begitu terkenal, tapi saya yakin dia tau Ngarai Sianok.
Masya Allah Mbak cantik banget, 2018 kemarin gak jadi ke Medan padahal pengen banget menejlajahi KOta ini,daerah Sumatra belum sempat kujejali, semoga pandemi segera berakhir pengen kesana juga ketemu sama teman.
BalasHapusMakasih mba,
HapusYa, semoga pandemi segera berakhir dan kita semua bisa jalan-jalan
Ngarai Sianok ini daku sering dengar bahwa pemandangan di sana bagus. Dari foto-foto pun juga bagus. Semoga suatu saat dapat berkunjung ke Sumbar
BalasHapusya.. semoga bisa jalan-jalan ke sini yah mba..
HapusMakasih
Dan aku yang belum pernah foto depan jam gadang cuma bisa ngiri liat foto rang-orang atau baca2 tulisan di blog kayak gini deh. Hee..
BalasHapusKalau ke Bukittinggi emang wajib banget foto di depan Jam Gadang. Semoga bisa kesampaian ke Bukittinggi yah.
HapusIndah banget yaampun liat pemandangan hijau2 gini tuh segerrr rasanya. Semoga bisa ke sana suatu hari nanti :)
BalasHapusYa, semoga bisa ke sini yah...
HapusTempatnya asyik banget ya kak buat refreshing. Segar dan alami sekali. Dan nggak teralalu rame pengunjung
BalasHapusIya kak, disini adem banget. Tapi sebenarnya rame banget kalau weekend dan tanggal merah.
HapusSaya sebagai orang lokal, akhirnya lebih mili datang pas hari kerja, biar sepi
Pemandangannya sangat menarik. Pengen banget sekali-kali bepergian ke kota sebrang biara tahu keindahan alam dan budayanya. Yang bikin penasaran itu jama gadang sama pemandagan yang bebatuan itu lho. Keren banget. Kemudian pulan bawa oleh-oleh lukisan rumah adat gadang. Pasti seru dan berkesan.
BalasHapusIndonesia sangat luas, dan semua daerahnya kayak akan alam dan budaya. Jadi bikin numpuk travel list.
HapusYa, yang paling terkenal di Bukittinggi adalah Jam Gadang. Tapi pemandangan yang bebatuan itu yah mana yah? saya belum pernah dengar.
Aku baru sekali ke bukittingi. Kangen deh :). Memang aku tu gampang banget kebeli sama pemandangan pegunungan, makanya senang pas tinggal di Bandung
BalasHapusAyo ke Bukittinggi lagi hehehe..
HapusBukit tinggi. Kota dimana salah satu tokoh besar yaitu bung Hatta pernah dilahirkan disini. teman dan rekan kerja ku ada yang berasal dari sini. mereka bilang kota ini tuh adem banget. penduduknya ramah tamah. Dan aku juga ingin kesini gara-gara pernah baca novel tentang keadaan kota ini.
BalasHapusBener banget pak, di sini bung Hatta di kenang banget, karena ada patungnya, trus perpustakaan kota juga dikasih dengan mana perpustakaan Bung Hatta. Rumah beliau juga jadi wisata sejarah.
HapusSemoga bisa ke sini yah Pak.
sebagai yang belum pernah ke bukittinggi, aku sungguh iri dan pengin ikutan ke sana. btw kak, fotonya bagus-bagus banget...
BalasHapusHehe,, mari dijadikan travel list.
HapusEmang kalau motoin alam yang bagus, fotonya otomatis bagus, enggak perlu dikasih filter atau edit-edit lebay, makasih yah.