Hanya sebentar menikmati Puncak Lawang, kami pun harus pulang karena faktor cuaca (Baca juga : Drama Akhir Tahun di Puncak Lawang). Berbeda dengan saat pergi dimana kami melewati jalur kabupaten Agam menuju Puncak Lawang, untuk pulang kami mencoba melewati jalur Bukittinggi. Yap, jadi ada dua pilihan jalur dari Bukittinggi menuju Puncak Lawang yang bisa ditempuh.
Untuk jalur via Bukittinggi ini sebenarnya jalannya agak lebih sempit tapi poin plusnya adalah bisa melewati bagian dalam Ngarai Sianok. Saat tiba di Ngarai Sianok, kami singgah dulu di sebuah restoran yang terkenal disana, untuk melakukan sholat dan istirahat sebentar sambil menikmati pemandangan ngarai. Nama tempatnya adalah Taruko Cafe, bangunannya masih tradisional, makanan yang disajikan beragam, tapi bukan nasi padang ala-ala pinggir jalan yah,,wkwk. Dan yang paling dicari orang baik lokal maupun wisatawan kesini adalah pemandangannya. Dari kafe ini kita bisa melihat sungai kecil, dinding ngarai dan pemandangan hijau lainnya.
Saya semangat mengajak keluarga kesini karena alasan untuk foto-foto, hahaha karena agak kecewa di Puncak Lawang, Dan kebetulan mama dan adek-adek juga belum pernah kesini. Kalau menu makanannya sama kayak kafe lainnya seperti nasi goreng, spageti, pancake dan berbagai minuman dan jus. Tapi bagi saya pribadi, kalau kesini niatnya emang untuk foto-foto, kalau makanannya standar tapi harganya mahal. Mungkin karena tidak ada biaya tiket masuk disini jadi mereka menggambil keuntungan lebih melalui makanan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar