#Mandi di sungai bersama kunang-kunang
Rombongan diajak memasuki rumah bang Jali, tuan rumah yang akan menampung kami semalam. Ternyata Mba Nur sudah sampai duluan disana. Wajar sih, dia dari awal emang paling depan dan paling fokus treking, beda dengan kami rombongan Cilegon yang kebanyakan foto-foto. Sementara yang terakhir sampai adalah Mba Mel, saya salut dengan mba Mel, walaupun selama perjalanan dia dibantu oleh salah seorang porter dan jalannya pelan-pelan tapi dia tetap bersemangat tuk sampai ke tujuan. Tapi yang kocaknya, masa Mba Mel minta foto-foto padahal itu kan udah di Baduy Dalam. Ternyata dia menyangka itu masih Baduy Luar karena temannya pernah bilang kalau perjalanan ke Baduy Dalam jauh sekali bisa 6 jam.
Yah, kami benar-benar sudah di kawasan Baduy Dalam, semua rumah tidak menggunakan listrik sama sekali dan penerangan hanya menggandalkan lilin. Kami sebagai tamu harus menerima hal tersebut, jujur itu tidak masalah bagi saya namun yang menjadi masalah saat itu adalah badan yang udah lengket dan apek.
Saya dan Ecil yang awalnya sudah berencana tidak akan mandi, akhirnya galau. Sepertinya tisu basah aja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya kami nekat keluar di malam hari yang gelap menuju sungai terdekat untuk mandi! Kami mencari posisi yang tertutup dan akhirnya mandi~~ jujur saat itu semua perasaan takut akan gelap, binatang gelap dan hantu, lenyap begitu saja. Paling agak was-was jikalau ada orang lain yang mendekat terutama laki-laki.
Segar sekali mandi dengan air sungai yang jernih dan dingin. Saat di sungai, kami melihat kunang-kunang yang terbang rendah. indah sekali~ saya takjub melihat sinar yang muncul di badan mungil kunang-kunang. Ini benar-benar hal yang langka, di jaman sekarang masih ada kunang-kunang? bisa dibayangkan betapa bersihnya perkampungan Baduy Dalam sehingga masih ada binatang ini yang mungkin tidak akan ditemukan di kota besar. Btw pada situasi yang seperti itu ntah kenapa saya merasa ala-ala putri yang di
dongeng-dongeng, berada di tengah hutan dan terdapat sungat yang airnya jernih lalu ada kunang-kunang sebagai perinya. Tinggal menunggu pangeran berkuda putih ,, wkwk
Selesai mandi kami kembali ke rumah untuk menyantap makan malam. Setelah selesai makan, kami didatangi oleh pemuka adat/ jubir dari Baduy Dalam. Beliau datang untuk menyambut kami sekaligus memberikan penjelasan singkat tentang Baduy Dalam, khususnya tentang ada istiadatnya sendiri. Kami juga diberikan kesempatan untuk bertanya, dan semua pertanyaan dijawab dengan bijaksana oleh beliau. satu hal yang membuat saya kagum, kemampuan bahasa Indonesia beliau sangat bagus bahkan dia menggunakan istilah politik, walaupun suku Baduy Dalam tidak menerima kemajuan modern tapi pengetahuan beliau cukup luas.
Semua kegiatan telah berakhir, ruangan tempat makan dan berkumpul berubah menjadi ruang tidur. Karena rumah suku Baduy hanya terdiri dari dua ruangan yaitu dapur dan ruang keluarga. Sedikit unik, walaupun 1 rumah diisi oleh 2 orang keluarga. namun setiap keluarga memiliki dapur dan ruang keluarga masing-masing. Intinya setiap keluarga harus mandiri dan urusan dapur adalah tanggung jawab masing-masing, tidak boleh bercampur. Satu lagi yang unik dari rumah tradisional mereka yaitu semua bagian rumah dianyam sedemikian rupa tanpa menggunakan paku. Mulai dari atap yang disusun dari daun hingga dinding dan lantai yang disusun dari bambu, semunya tanpa paku. Yah, kami harus tidur di atas lantai bambu tanpa kasur dan bantal seperti orang Baduy Dalam. Tapi sebenarnya kami ga sekuat mereka sih karena rata-rata sudah mempersiapkan sleeping bag ataupun jaket & sarung sebagai selimut.
#Selamat Pagi Baduy Dalam dan Terima Kasih
Malam berganti pagi, tanpa suara alarm saya terbangun sekitar jam 4 pagi dan badan saya terasa sakit-sakit. Ntah efek trekking 4 jam atau efek tidur di atas kasur bambu. Setelah itu saya tidak bisa tidur lagi dan malah mencari cemilan hahaha.. Ketika hari mulai sedikit terang beberapa diantara kami keluar untuk sekedar berjalan-jalan menghirup udara segar sambil mengelilingi perkampungan. Akhirnya kami bisa melihat rumah-rumah Baduy Dalam yang lebih rapi dan bersih dibandingkan Baduy Luar. Melihat ibu-ibu di depan rumah dan anak-anak yang bermain-main. Kami juga menuju sungai tempat anak-anak Baduy bermain air. Selain itu ada juga sebuah tempat semacam pos kambling karena disana tempat bapak-bapak berkumpul dan siap untuk ronda di siang hari. Yah, mereka ronda di siang hari karena pada siang hari orang akan meninggalkan rumah untuk berkebun di atas bukit dan akan kembali pada malam hari.
Cukup puas berkeliling kami kembali ke rumah untuk sarapan. Setelah itu sang tuan rumah lansung menawarkan barang jualannya seperti kain tenun, baju, gelang, cicin, madu, gantungan kunci dan gelas bambu. Karena duit saya terbatas dan tas juga udah padat, saya hanya membeli 1 botol madu dan 2 gelang. Padahal pengennya sih beli madu yang banyak.
Setelah selesai membeli oleh-oleh, kami bersiap-siap untuk kembali ke Ciboleger. Untuk perjalanan kembali ini saya ga mau sok sakti dan akhirnya menitipkan tas ransel kepada Sapri sang tuan rumah sekaligus porter. Memulai perjalanan dengan berdoa bersama lalu semuanya siap untuk menempuh perjalanan berat lagi. Sekitar jam 8 pagi kami meninggalkan Baduy Dalam, dan kali ini melewati rute yang berbeda kata pemandunya. Dan saat itu di otak saya adalah "4 jam" yah, 4 jam waktu yang akan dilalui untuk sampai keluar.
Belajar dari hari kemaren, untuk hari ini saya tidak mau banyak gaya, pokoknya jalan lurus, ga usah banyak ngobrol untuk menghemat tenaga dan supaya cepat sampai. Apalagi sekarang saya tidak membawa ransel berat, saya bisa berjalan lebih cepat. Walaupun sudah berniat demikian, tetap aja kadang-kadang saya tidak bisa menahan diri dari bidikan kamera hehe.
Waktu terus berjalan, sekali-kali saya melihat jam, "oh masih jam 10, masih jauh,, kan jam 12 baru tiba" begitu pikir saya. Sayapun terus berjalan, bahkan sudah paling depan dan terpisah dengan rombongan lagi, yah walaunpun paling depan masih ada mba Nur. Hingga suatu tempat saya mendengar musik dangdut, "ini saya ga salah denger, dangdut?, berarti udah dekat dengan Ciboleger yah atau halusinasi saya?".
Jujur mendengarkan musik itu membuat saya makin semangat turun bukit dan hingga akhirnya bertemu dengan mba Nur di gerbang Selamat Datang. Akhirnya sampai di luar, dan begitu saya liat jam "hah, masih jam 10.30?" berarti untuk perjalanan pulang hanya membutuhkan waktu 2 jam 30 menit. hmm berarti kemaren itu 4 jam karena kebanyakan foto-foto. saya senang sekali karena bisa tiba sangat cepat diluar perkiraan.
Mungkin pada awalnya saya merasa 'tertipu' tapi satelah menjalani sendiri, saya sangat terkesan dengan lingkungan Baduy Dalam yang masih asri, bersih dan tradisional. Berbaur dengan masyarakat dan menginap semalam di rumah mereka, mandi di sungai dan melihat kunang-kunang merupakan pengalaman yang sangat langka. Terima kasih ecil, yang sudah mengajak saya kesini, terima kasih mas fitri yang sudah meminjamkan jas hujan, terima kasih mas timo atas foto-foto dan cemilannya dan terima kasih kepada peserta open trip lainnya.
xoxo dila
Ket : Semua foto diambil saat masih di kawasan Baduy Luar
Photos taken by Me, Ecil, Mas Fitri & Teo
Date : 21 November 2015
Place : Baduy Dalam, Lebak, Banten
Open trip with : @kilikiliadventure
Tidak ada komentar
Posting Komentar